KHAYALAN
Oleh: Umi
Hasanah
Perasaan itu menghampiriku lagi,
perasaan yang selalu muncul jika ku melihat laki-laki tinggi putih itu. Entah
siapa dia aku tidak mengingatnya, namun jantung ini selalau berdegup kencang
saat aku melihatnya.
Aku tak berani
mendekatinya atau sekedar mencari tau siapa dia dan mengapa persaan ini muncul
jika aku melihatnya. Aku tak berani
melihat matanya, aku tak berani
berbicara padanya. Aku hanya mampu menatapnya dari kejauhan dari atas gedung
saat dia latihan basket atau di taman kampus saat ia berkumpul dengan
teman-temannya. Pada hari itu Entah aku mimpi apa dia menghampiriku dan
bertanya “ kamu jurusan apa?” aku tersenyum dan menjawab “Sastra, ada apa ya”
saat itu pipiku memerah dan entahlah aku jadi sangat gugup dan tidak dapat
berpikir dengan jernih. “angkatan tahun 2012 ya” tanyanya lagi padaku “iya” jawabku “ berarti memang benar kamu
orangnya, teman dekatnya” jelasnya. Ia tersenyum sedangkan aku bingung dengan
pernyataannya beberapa kali kukerutkan keningku tanda bahwa aku tidak mengerti
apa maksud dari ucapannya. “aku Dani anak Fisika” ia melanjutkan ucapannya
sambil mengulurkan tangan, Aku masih bingung namun ku balas uluran tangannya
sambil tersenyum “boleh aku duduk disini” pintanya.
Aku bingung apa
yang harus aku lakukan mengiyakannya atau tidak, aku hanya mengangguk untuk
memberinya isyarat. “dua tahun lalu Afandy menyelamatkan hidupku namun dia
tidak bisa menyelamatkan hidupnya sendiri, satu jantungnya ada padaku dan aku
mersa bersalah padamu, karna untukku dia harus pergi maka dari itu aku mencarimu
untuk minta maaf” paparnya kepadaku. Tanpa terasa mataku telah berkaca-kaca
hingga akhirnya mengalirkan bulir-bulir
kesedihan, sakarang aku tau mengapa selama ini perasaan itu muncul
saatku melihatnya dan jantung ini berdegup kencang saat ku menatapnya, karena
satu jantung dari orang yang dulu pernah mewarnai hidupku ada padanya. Dalam
hatiku bertanya-tanya “apa yang harus aku lakukan sekarang, marah padanya atau
memaafkannya atau aku harus memukulnya”
ku menatap langit sambil meremas- remas jemariku hingga akhirnya ada tangan
lain yang menghentikan tanganku dan melapas ikatan jemariku satu dengan yang
lainnya. “aku minta maaf untuk kejadian itu bukan aku yang mau tapi tuhan yang
berkehendak” jelasnya kepada ku.
Seketika itu aku merasa sangat tenang seakan
itu Afandy yang berbicara padaku, aku
hanya mengangguk untuk kembali melebur rasa bersalahnya padaku. Lalu terdengar “
yay Miaaaaaaaaaaaa, lo ngapain sih dari tadi gue panggil-panggil tapi nggak
ngerespon” teriak Dita kepadaku “menghayal” sahutku singkat sambil tersenyum
kecil “ah lo ngerusak imajinasi gueh aja” ucapku kesal pada Dita “kebanyakan
nonton drama sih lo jadi otak lo tuh isinya hayalan semua ”sahut Dita sambil
menggeleng-gelangkan kepalanya.
Selesai Dita mengucapkan kalimatnya teman-temanku
berhamburan menuju tempatnya masing-masing dan kemudian terdengar suara yang
sudah familiar di telingaku yaitu Dosen kiler yang mengajar Statistika.
Aku tidak
membayang kan jika seandainya itu memang terjadi di kehidupanku, “ apa yang
harus aku lakukan ya? “ kataku dalam hati, “ untung hanya hayalan saja, hehehe”
kata ku sambil tertawa sendiri “.
Aku pun langsung
meninggalkan hayalanku dan mengalihkan pandanganku ke depan seraya berdoa “
semoga kuliah hari ini lancar dan mudah... amin “ ucapku dalam hati. Aku pun
siap pada kuliah hari ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar